Sebaik-baiknya hati adalah yang
bersih suci dari keburukan, yang tunduk kepada yang haaq (kebenaran) dan
petunjuk yang diliputi kebaikan. Di dalam Hadits dikatakan,
Hati itu ada 4 macam :
1. Hati yang tidak berselaput, di
dalamnya terdapat pelita yang menerangi. Ini hati orang mukmin.
2. Hati yang hitam tak tentu tempatnya. Ini hati orang kafir.
3. Hati yang terbelenggu diatas kulitnya. Ini hati orang munafik.
4. Hati yang mendatar, padanya terdapat iman dan nifaq (kemunafikan).
2. Hati yang hitam tak tentu tempatnya. Ini hati orang kafir.
3. Hati yang terbelenggu diatas kulitnya. Ini hati orang munafik.
4. Hati yang mendatar, padanya terdapat iman dan nifaq (kemunafikan).
Perumpamaan iman yang meliputinya
seperti batang tumbuhan yang disirami air tawar. Sedangkan perumpamaan nifaq
seperti setumpuk kudis yang diselaputi nanah dan darah busuk. Maka yang mana di
antara keduanya berkuasa, kesitulah hati tertarik.
Hati yang ke-4 inilah yang terdapat
pada kebanyakan kaum muslimin. Amalnya bercampur aduk sehingga keburukannya
lebih banyak daripada kesempurnaannya. Dalam Hadits lain dikatakan,
“Sesungguhnya iman itu bermula
muncul di dalam hati sebagai sinar putih, lalu membesar, hingga seluruh hati
menjadi putih. Sedangkan nifaq itu bermula muncul di dalam hati seperti
noda-noda hitam, lalu menyebar, hingga seluruh hati menjadi hitam.”
Sesungguhnya iman akan bertambah
dengan cara menambah amal saleh disertai keikhlasan. Sedangkan nifaq akan
bertambah dengan cara mengerjakan amal buruk, seperti meninggalkan perkara
wajib dan melakukan larangan agama. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,
“Barangsiapa melakukan dosa, maka
akan tumbuh dalam hatinya setitik hitam. Jika ia bertobat, maka terkikislah
titik hitam itu dari hatinya. Jika ia tidak bertobat, maka menyebarlah titik
hitam itu sehingga seluruh hatinya menjadi hitam.”
Hal ini sesuai dengan firman Allah,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ -١٤-
“Sekali-kali tidak, sebenarnya apa
yang mereka selalu kerjakan itu menutupi hati mereka.” (QS. 83:14)
Seorang manusia tidak akan ditimpa
suatu musibah, kecuali karena dosanya sendiri. Sebagaimana dikatakan di dalam
Al-Qur’an,
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ -٣٠-
“Dan musibah apa saja yang menimpa
kamu maka itu disebabkan oleh perbuatanmu sendiri.” (QS. 42:30)
Maka dari itu, hendaklah kita
berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam dosa. Jika pun sudah terlanjur,
maka hendaklah bersegera bertaubat. Bukankah dikatakan di dalam Al-Qur’an,
“Dan barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. 49:11)
غَافِرِ الذَّنبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ -٣-
“(Dialah) Yang mengampuni dosa dan
menerima taubat, Yang pedih siksanya, Yang mempunyai karunia. Tiada tuhan
selain Dia dan hanya kepada-Nya-lah tempat kembali.” (QS. 40:3)
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُم مِّنَ السَّمَاءِ رِزْقاً وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَن يُنِيبُ -١٣- فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ -١٤-
“Dan tiada yang dapat mengambil
pelajaran kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah. Maka sembahlah Allah
dengan memurnikan ibadah kepada-Nya.” (QS. 40:13-14)
[Disarikan dari Nashoih Diniyyah,
Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad]
0 komentar:
Post a Comment