a. Pengertian Dakwah Secara Etimologis
Kata dakwah adalah devinisi dari
tata bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari kata kerja “da’a”, “yad’u”,
“da’watan” yang berarti memanggil, mengundang, atau mengajak, Di dalam
AL-Qur;an Kata Dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna yang
berbeda-beda, setidaknya ada 10 macam makna, yaitu :
1.Mengajak
dan menyeru, 6. Meminta,
2.Berdo'a, 7. Mengundang,
3.Mendakwa, 8. Malaikat Israfil
4.Mengadu, 9. Gelar,
5.Memanggil, 10. Anak angkat.
2.Berdo'a, 7. Mengundang,
3.Mendakwa, 8. Malaikat Israfil
4.Mengadu, 9. Gelar,
5.Memanggil, 10. Anak angkat.
b. Pengertian Dakwah Secara Terminologis
Definisi dakwah dari literatur yang ditulis oleh pakar-pakar
dakwah adalah:
v Dakwah adalah perintah mengadakan
seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran ALLAH
yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh. 1971:6)
v Dakwah adalah seruan panggilan untuk
menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi
terletak pada aktivitas yang memerintahkan ‘amar ma’ruf nahi munkar. (Prof.Dr.Hamka.2011:2)
v Dakwah adalah mengandung arti
kewajiban yang menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam ‘amar ma’ruf nahi
munkar. (Muhammad Natsir.2011:2)
v Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong
manusia agar memeluk agama islam melaui cara yang bijaksana. dengan materi
ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini/di dunia dan
kesejahteraan nanti/di akhirat. (A.
Masykur Amin)
v Dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik
dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat. (Prof.Dr.M.Qurais Syihab.2008:22 )
v Dakwah ialah mengajak dan
mengmpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing ereka kepada petunjuk
dengan cara ber-‘amar ma’ruf nahi munkar. (Dr.Muhammad
Sayyidd Al-Wakil.2008:21)
v Dakwah islam sebagai upaya mengajak
umat dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan di akhirat (Prof.Toha Yahya Oemar.2011:1)
v Dakwah adalah menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran adalah fardhu yang diwajibkan kepada
setiap muslim. (Syaikh Muhammad
Abduh.2011:2)
Dari definisi para ahli diatas maka dapat kita simpulkan
bahwa dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun non
muslim. dengan cara yang bijaksana, kepada islam sebagai jalan yang benar,
melalui penyampaian ajaran islam, untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar
bisa hidup di dunia dan bahagia di
akhirat.
2.
Pengertian
Ilmu Dakwah
a. Definisi ilmu dakwah secara etimologi terdiri
dari dua kata yaitu ilmu dan dakwah. Pengertian ilmu sering dikacaukan dengan
pengertian “pengetahuan”. Yang jelas sewaktu-waktu ilmu itu juga dikatakan
pengetahuan. Pengetahuan adalah kesan yang terdapat di dalam pemikiran manusia
sebagai hasil sentuhan dengan objek tertentu. Sedangkan ilmu adalah sejumlah
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, logis, hasil pemikiran manusia,
objektif atau dapat diuji oleh siapa pun.
b. Menurut istilah, adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
berdakwah atau mensosialisasikan ajaran Islam kepada masyarakat dengan berbagai
pendekatan agar nilai-nilai ajaran Islam dapat direalisasikan dalam realita
kehidupan, dengan tujuan agar mendapat ridha Allah SWT.
3.
Unsur-unsur
Dakwah
Unsur-unsur dakwah ialah suatu komponen atau bagian yang
terdapat dalam setiap kegiatan dakwah.hubungan antar unsur-unsur tersebut
sangat menentukan efektifitas dan Efisiensi
dalam penyampain dakwah. Unsur-unsur Dakwah: Da’i,
Mad’u, Maddah, Wasilah, Thariqah, dan Atsar. Kesemuanya ini sangat
erat hubungannya dalam proses penyampaian dakwah. Apabila salah satu dari
komponen tersebut tidak di perhatikan maka prose penyampaian
dakwah tidak akan efektif dan sempurna.
Ada pun unsur-unsur tersebut Ialah:
Ada pun unsur-unsur tersebut Ialah:
v Da’i (Pelaku dakwah)
Nasaruddin
Lathief mendevenisikan Bahwa dai adalah Muslim dan Muslimat
yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok.
Seorang dai hendaklah mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam
semesta, dan kehidupan, sereta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberi solusi,
terhadap problema yang di hadapi manusia, juga cara-cara yang dihadirkannya
untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak
melenceng.
vMad’u (Penerima dakwah/Audient)
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak; dengan kata lain manusia secara keseluruhan.Kepada manusia yang belum beragama islam adlah bertujuan untuk mengajak mereka mengikuti agama islam; sedangkan kepada orang-orang islam adalah untuk meningkatkan lagi kualitas iman, islam, dan ihsan.
Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu : mukmin , kafir, dan munafik
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak; dengan kata lain manusia secara keseluruhan.Kepada manusia yang belum beragama islam adlah bertujuan untuk mengajak mereka mengikuti agama islam; sedangkan kepada orang-orang islam adalah untuk meningkatkan lagi kualitas iman, islam, dan ihsan.
Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu : mukmin , kafir, dan munafik
v Maddah (Materi Penyampaian Dakwah)
Maddah adlah isi pesan atau meteri yang di sampaikan Da’i kepada Mad’u. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:
1. Masalah akidah [Keimanan]
2. Masalah syariah [Hukum]
3. Masalah muamalah [hubungan sosial]
4. Masalah Akhlak [Tingkah laku]
Maddah adlah isi pesan atau meteri yang di sampaikan Da’i kepada Mad’u. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:
1. Masalah akidah [Keimanan]
2. Masalah syariah [Hukum]
3. Masalah muamalah [hubungan sosial]
4. Masalah Akhlak [Tingkah laku]
v Wasilah (Media Dakwah)
Wasilah/media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat, Hamzah Ya’qup membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu:
1. Lisan [berpidato, ceramah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya]
2. Tulisan [karya tulis,majalah, Surat kabar,dan sepanduk]
3. Lukisan [gambar dan Karikatur]
4. Audiovisual [televisi,radio, internet dan sebagainya]
5. Akhlak [melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u].
Wasilah/media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat, Hamzah Ya’qup membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu:
1. Lisan [berpidato, ceramah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya]
2. Tulisan [karya tulis,majalah, Surat kabar,dan sepanduk]
3. Lukisan [gambar dan Karikatur]
4. Audiovisual [televisi,radio, internet dan sebagainya]
5. Akhlak [melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u].
v Thariqah (Metode dakwah)
Metode adlah suatu cara yang di tempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan
Metode adlah suatu cara yang di tempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan
menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusiaMetode
dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah islam.
Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah, yaitu:
1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga mudah di mengerti dan mereka tidak merasa bosan dan apa yang da’i sampaikan.
2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran islam dengan rasa kasih sayang (lemah lembut), sehingga apa yang disampaikan dai tersebut bisa menyentuh hati si madu.
3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran atau tanya jawab. Dengan ini dai bisa mengetahui apa yang menjadi pertanyaan oleh sekelompok orang/individu tentang suatu masalah dalam kehidupan.
Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah, yaitu:
1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga mudah di mengerti dan mereka tidak merasa bosan dan apa yang da’i sampaikan.
2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran islam dengan rasa kasih sayang (lemah lembut), sehingga apa yang disampaikan dai tersebut bisa menyentuh hati si madu.
3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran atau tanya jawab. Dengan ini dai bisa mengetahui apa yang menjadi pertanyaan oleh sekelompok orang/individu tentang suatu masalah dalam kehidupan.
v Atsar (Efek)
Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan efek atau reaksi. Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang dai dengan materi dakwah, Wasilah dan Thariqah tertentu maka akan timbul respon dan efek pada si Mad’u.
Atsar [efek] sering di sebut dengan Feedback [umpan balik] dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah berdakwah, maka selesailah dakwah,. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.
Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan efek atau reaksi. Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang dai dengan materi dakwah, Wasilah dan Thariqah tertentu maka akan timbul respon dan efek pada si Mad’u.
Atsar [efek] sering di sebut dengan Feedback [umpan balik] dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah berdakwah, maka selesailah dakwah,. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.
4.
Ayat dakwah yaitu surah an-Nahl ayat
125 dan surah Ali-Imran ayat 104.
ادْعُ
إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي
هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ -١٢٥-
Artinya: “serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
وَلْتَكُن
مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -١٠٤-
Artinya: “dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.
5. Hadits Dakwah Kewajiban
Dakwah
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ
أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم)
“Barang siapa yang menunjukkan kepada
suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya”
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ
الْإِيمَانِ.( وراه صحيح مسلم)
Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka
cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu,
apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan
hati adalah pertanda selemah-lemah iman”
6. Kelompok sasaran dakwah secara umum adalah seluruh manusia,
dan objek dakwah secara khusus
dapat ditinjau dari berbagai aspek secara khusus sebagai berikut:
:
v Aspek usia; anak-anak, remaja dan orang tua.
v Aspek kelamin ; Laki-laki dan perempuan.
v Aspek agama ; Islam dan kafir atau non muslim.
v Aspek sosiologis ; Masyarakat terasing, pedesaan, kota kecil dan kota besar, serta masyarakat
marjinal dari kota besar.
v Aspek sturktur kelembagaan ; Legislati, ekskutif, dan yudikatif.
v Aspek kultur ke-beragamaan ; Priyayi, abangan dan santri.
v Aspek ekonomi ; Golongan kaya, menegah, dan miskin.
v Aspek mata pencaharian ; Petani, peternak, pedagang, nelayan, karyawan, buruh dll.
v Aspek khusus ; Golongan masyarakat tuna susila, tuna netra, tuna
rungu, tuna wisma, tuna karya, dan narapidana.
v Komunitas masyarakat seniman, baik seni musik, seni lukis, seni
pahat, seni tari, artis, aktris dll.
Para da’I tidak cukup hanya mengetahui objek dakwah secara umum dan secara khusus tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus diketahui adalah hakikat objek atau sasaran dakwah itu sendiri. Adapun hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi problematika hidup objek dakwah, baik problem yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq, mu’amalah [ pndidikan, social, ekonomi, politik, budaya dll].
Para da’I tidak cukup hanya mengetahui objek dakwah secara umum dan secara khusus tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus diketahui adalah hakikat objek atau sasaran dakwah itu sendiri. Adapun hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi problematika hidup objek dakwah, baik problem yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq, mu’amalah [ pndidikan, social, ekonomi, politik, budaya dll].
7.
Objek kajian Ilmu dakwah
v Objek Materal Ilmu Dakwah: Perilaku
keislaman dalam berislam.
v Objek Formal Ilmu Dakwah: Perilaku
Keislaman dalam melakukan Tabligh, Irsyad, Tadbir dan Tathwir.
v Ilmu Dakwah erat kaitannya dengan
Kajian ilmu keislaman selain dakwah dan ilmu tentang perilaku manusia.
v Ilmu Dakwah berkarakter
interdisipliner.
8.
Dakwah di masa yang akan datang
Dakwah Islam masa depan adalah dakwah yang
mampu beradaptasi, bertoleransi, dan harmonisasi dengan lingkungannya. Sehingga
dakwah Islam dapat menjadi pencerahan pemikiran, solusi atas problem kehidupan,
dan membawa kesejahteraan dan kenyamanan hidup. Inilah Islam yang damai, agama
dunia dan rahmatanlil’alamin.
Oleh karenanya ada tiga alasan diperlukannya manajemen dalam
dakwah:
- Untuk mencapai tujuan. Seorang dai perlu memanage dakwahnya sehingga dakwah yang dilakukan dapat membuahkan hasil nyata sesuai dengan impian dan rencana.
- Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Kadang seorang dai memiliki tujuan yang saling bertentangan dan hal ini tidak disadari di awal perjalanan namun terasa di pertengahan. Oleh sebab itu, perlunya manajemen yang matang sehingga tujuan yang saling bertentangan dapat dihindarkan sedini mungkin.
- Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Keberhasilan dakwah dapat diukur dengan efisiensi dan efektivitas seorang dai. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar sekaligus memaksimalkan hasil yang diperoleh. Sedangkan efektifitas adalah kemampuan untuk memilih cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dai yang efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan dan atau metode yang tepat untuk melakukannya.
0 komentar:
Post a Comment