Allah Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ -١١٩-
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Qs. At-Taubah 119).
Rasulullah SAW. Bersabda :
عَنْ أَبِي سُفْيَانَ صَخْرِ بْنِ حَرْبٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهٌ في حَدِيْثِهِ الطَّوِيلِ في قِصَّةِ هِرَقْل ، قَالَ
هِرَقلُ : فَمَاذَا يَأَمُرُكُمْ يَعْني : النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ أَبُوْ سُفْيَانَ : قُلْتُ : يَقُولُ :
اعْبُدُوا
اللهَ وَحْدَهُ لا تُشْرِكوُا بِهِ شَيْئاً، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ
آبَاؤُكُمْ، ويَأْمُرُنَا بالصَّلاةِ، وَالصِّدْقِ، والعَفَافِ،
وَالصِّلَةِ.
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari
Abu Sufyan Ibn Shakhr ibn Harb ra. dalam Hadisnya yang panjang dalam
menguraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: Maka apakah yang
diperintah olehnya? Yang dimaksud ialah oleh Nabi saw. Abu Sufyan
berkata: Aku lalu menjawab: Ia berkata:
Sembahlah
Allah semata, jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya dan tinggalkanlah
apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua. Ia juga menyuruh kami
melakukan shalat, menjaga kejujuran, menjaga kehormatan, serta
menyambung tali silaturahim
(Muttafaq 'alaih)
1. Jujur dalam ucapan :
Tiap kata yang meluncur dari bibir dan lisan seseorang wajib memuat dan mengandung kebenaran. Bukan gunjingan, gossip, dan fitnah.
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Jujur dalam berniat :
Tanda niat yang benar, salah satu tandanya, berbanding lurus dengan perbuatan di lapangan kehidupan.
Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan kejujuran bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.
3. Jujur dalam kemauan :
Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan kebenaran. Berpikir masak" sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan ‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini.
Pada saat seseorang telah jujur dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai selain melakukan perkara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
4. Jujur dalam menepati janji :
Janji adalah hutang, demikian kalimat yang sering terngiang. Karena hutang, maka wajib untuk dibayar sesuai dengan nilainya. Menepati janji bukan sembarang sikap. Menepati janji berarti mempertaruhkan harkat dan martabat dirinya di hadapan orang lain demi memberi keyakinan pada orang tersebut bahwa ia sanggup untuk membayarnya. Dengan sikap jujur, janji akan tertunai dan amanah akan dijalankan.
5. Jujur dalam perbuatan :
Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat dan perkataan, pada traktak bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali menggarisbawahi agar kita melengkapi diri dengan jujur dalam perbuatan.
0 komentar:
Post a Comment