Untuk memahami landasan dari etika
religius syekh yusuf amatlah pentig
untuk mengetaui beberapa konsep kunci dalam karya kryanya. Dibawah ini akan di
uraikan empat konsep kunci untuk mmemmahami karya-karya syekh yusuf dalam kaitannya
dengan etika religius islam. Adapun empat dalam praktek sufisme alalah syariat,
tarekat,hakekat,ma’rifat Masing Masing tingkatan di topangoleh tahapsebelumnya.
Pertama syariat , merupakan fondasi dasar dari tiga tingkatan brikutnya.
Syariat terdiiri dari ajaran-ajaran
islam, dan pada maknanya yang paling
dasar, syariat etika dan moralitas yang bisa di temukan pada semua agama.
Syari’at menyediakan tuntutan bagi kita untuk hidup dengan sebaik-baiknnya
didunia ini. Mencoba mengikuti tanpa menikuti syariat seperti membangun rumah
tanpa pondasi. Tanpa hidup yang tertata dan dibangun atas prinsip-prinsip moral
dan etika, maka berarti mistisime tidak dapat berkembang. Dalam bahasa arab,
sya’riat berarti jalan. syari’at adalah
jaln terang dan jalan bagus yang dapat di ikuti oleh setiap orang(fadiman and
franger ed 2007))
1).
Syariat
Syari’at adlah tahapan di mana
gagasan gagasan tentang tuhan berkesan pada umat manusia sebagai wibawa yang merujuk pada rsa tunduk
pada tuhan. Ini adalah laku pada kesadaran bukan wujud ketakutan sebaimana
sebagaimana yanf sering di perkiran orng (khan 2011;60-61). Seperti seseorang
melakukan do’anya, menyembahnya, memikirkaNya, memilih sosok dan pilihan serta
suatu jenis hubungan yng di bangun di antaranya dengan Tuhan. Sehingga ketika
mengalami depresi atau kesusahan dan kesedihan serta tidak berdaya seseorang akan kembali pada
aturan-aturan dasar agamanya.
Tahapan syari’at adalah tahapan
dimana seseoran g berpikir tentng apa-apa yang bisa menyenengkannya
mengecewakkannya. Dia mempeelajari agama dari orang tuanya bahawa suatu
perbuatan baik akan membahagiakannya dan kesombongan akan mengecewakanya.
Demikaian dia akan mempelajari segla hal denga mudahnya. Gancaran baik dan
hukuman akan dapat dilihat dari keseharian. Seseorang tidak perlu menunggu saat
di surga atau di neraka, karena setiap hari adalah surga atau neraka apabia
menyadari bahwa segala sesuat memiliki reaksii , ada timbal balik dari segala
perbuatan yang di lakukan seseorang. (khan 2001 :63). Jelasnya yng dimaksud
dengan tahapan syariat adalah bahwa kaum sufi tetap melaksanakan
kewajiban-kewajiban hukum yang biasa di kenal istilah fiqh islam. Jadi memahami
syar’at dalam konteks ini adalah bahwa kaum sufi tetap terikat pada hukum-hukum
yang di seepakati oleh kaum fuqaha
meskipun mereka tlah sampai derjat ma,rifat.
Tasawuf adalah pilihan yang tak
dapat di twar-tawar, sebab ia di dasarkan padda keyakinan-keyakinan bukan pada
pandapat. Ia menmikul kewajiban nya untuk tidak dapat di ganggu gugat karena
mistisme sering disebut satu-satunya gudang kebenaran dalam pengertian ynag
sesungguhnya terutam yang menyangkut yang maha mutlak yng maha agung dan abadi
(lings, 2004).
Tsawwuf memiliki hak segaligus
kewajiban untuk tidk dapat di
tawar-tawar, bukan hanya secara obyektif dengan menyatakan bahwa segala sesuatu
yang pertama dari semua hal tersebut diatas. Sementara pengetahuan hanya
menyelamatkan kita pada saat ia merupakan suatu cara untuk melakukan
trnsformasi atau mengubah watak kita, sebagaimana bajak membolak balik tanah.
Aspek eksklusivitas dai tasawuf ini
hanya mengidentifikasi pada orang-orang yang memenuhi kualfikasi untuk menjadi
penempuh jalan Tuhan atau salik dalam pengertiannya yang utuh. Akan tetapi
secsra periodik, aspek eksklusivitas ini kadang-kadang merupakan sarana
keterbukaan. Sebagian kaum agnostik dan ateis di mmuka di muka bumi ini menjadi
demikian karena alasan-alasan yang tidak dapat di niai slah sama sekali.
Ateisme maupun agnotisisme dapat merupakan pemberontakan seorang mistik sejati
yang menentang pembatasaan-pembatasan eksoterisme. Sebab, dalam diri seseorang
tak mustahil terdapat sift seperti initetapi tiiodak berkembang. Adapun unuk
kualifikasi-kualifikasi dalam tasawuf lebih memungkinkan di capai oleh naluri
dan nurani manusia sebagai mahluk yang di beri kesadaran untuk kembali pada
sang pencipta suat saat kelak.
Tsawuf merupakan sarana illahi untuk
pencapaian dan keberhasilan dri manusia sendri dalam usahanya memahami realitas
diri dan sang pencipta. Jiwa esensial secara sadar adalah cara untuk
menjalankan dengan kontak dengan melalui dzikir yang merupakan bagian dari
tarikat seperti di jelaskan di atas. Dzikir ini berfungsi uuntuk menghubungkan
manusia dengan tuhan serta meneguhkan tujuan dalam diri (syah 2004 : 225-226).
Amatlah untuk melakukan dzikir dengan tenang dalam hati tanpa perlu memakai
tasbih misalnya. Langkah pertama adalah dengan menjaga komunikasi dengan tuhan.
Dalam konteks ini jiwa esensial tersebut akan terhubung dengan pengulangan
dzikir dan pengakuan atas kualitas-kualitas dzikir dan tujuannya. Artinya jiwa
esensial akan dapat merasakan pengaruh dari huubungan yang di lakukan seseorang
dengan dzikr yang ikhlas dan benar.
Dalam hal ini, berkena denga
perlunya me;lakukan dzikar dengan berdasarkan syari’at,yaitu tetap menjaga
tauhid dri sgala sesuat yang dapat membuat syirik syekh yusuf menjelaskan dalam
karyanya al-barakat al-saynaliyyah dengan panjang lbar sebagi berikut:
Berkata
orang arif dalam bidang soal dzikir itu terdiri dari tiga macam:
1.
Dzikr al nafi wa ithbat dan itu ucapan la ilaha illallah
2.
Dzikir mujarrad wal jalala dan itu ucapan Allah Allah
3.
Dzikr al ishara wal Anfas dan itu dzikir hu, Hu
Dzikir yang pertama di sebut dzikir lisan dan yang kedua disebut
dzikir qalb dan yang ketiga itu dzikir sirr. Dzikir pertama makana lisan , yang
kedua disebut mmakanan hati dan yang ketiga di sebut makanan rahasia . Ada yang
mengatakan la ilaha illallah itu hidupnya hati, allah, Allah itu hidupnya ruh
dan Hu, Hu hidupnya rahasia (yusuf, dalam tudjimah 1997: 22).
Dzikir yang di maksud diatas pada
hakekatnya merupakan buah keimmanan dalam islam. Yang dimaksud dengaan dzikir
petama nafi wa ithbat adalah keyakinan teguh mengetahui allah sebagai tuhan
yang patut di sembahdan tempat bergantung. Pada dzikir pertama disebut
penatapan adalah untuk menekankan bahwa pentingnya pengetahuan bahwa Allah yang
menjadi tuhan seru sekalian alam . sementara penolakan terhadap tuhan-tuhan
kecil yang lain menunjukkan pandangan
dasar filosofi tauhid bahwa kebenaran hanya mengetahui Tuhan yang satu.
Sementara dalam dzikir yang kedua,
penekanannya hanya menyebut nama Tuhan yaitu Allah, karena tahapan dzikir ini
lebih tinggi dri dzikr tadi, yaitu menghujamkan keyakinan bahawa hanya Allahlah
kebenaran yang satu. Hal ini merupakan pelatihan untuk pendekatan diri pada yang maha Mutlak
dalam konsepsi ontologis tentang Tuhan dan manusia muslim dalam pandangan syekh
yusuf.
Sedangkan yang ketiga dzikir yang
menghujam dalam dada dan hidup dalam keyakinan seorang muslim tentang
ontologisme Tuhan dan hubungannya dengan hamba. Dengan demikian pengucapan nya
menjadi lebih ringkas karena perujuk pada Dia, yang dalam bahasa arab di sebut
Huwa, Tidak lagi menyebut nama. Hal ini karena kedekatan hati dan konsep
merupakan konsep yang cukup dapat
menjadi rahasia. Oleh karena itulah di
sebut rahasia hati.
Lebih lanjut syekh yusuf
menerangkan:
Dzikir pertama artinya tidak ada
yang di sembah kecualii Allah, pada
permulaan dan pertengahannya tidak ada yang di cari, di sembah kecuali
Allah. Pada akhirnya tidak ada yang maujud pada hakekatnya kecuali Allah.
Ornang-orang yang dzikir pertama disebut ahl al Bidaya al-awam, yang kedua
disebut ahl al khawas dan dzikir yang ketiga di sebut ahl khas al khawas.
Tentu ada yang berkata, bagaimana
mengingkari adanya alat ini, sedangkan kami melihat dengan kepala sendiri bahwa
alam itu ada tanpa ragu-ragu. Jawabannya adalah dalam istilah ahli ketuhanan
wujud yang benar itu hanya yang berdiri sendiri
sedang yang pana itu wujudnya hanya khayal dan tidak sebenarnya, al-salik itu harus
dzikir(yusuf dalam tujina, 1997: 22).
Selanjutnya tulisan syekh yusuf di
atas membagi tiga tingkat dan golongan orang yang melakukan dzikir tersebut.
Artinya syekh yusuf menerangkan tentag tingkatan-tingkatan dan
tahapan-tahapannya. Daru tulisan tersbut, syekh yusuf menerangkan tentang
tingkatan dasar menengah dan tinggi dari orang-orang yang melaksanakan dzikir
tersebut.
Syekh yusuf menulis dan mengutip
al-qura’an : ingatlah kepadaku, aku akan
ingat kepadamu. Dzikir yang paling afdal itu adalah kalimat La Ilaha Illallah,
dengan menunjuk hadits yang berbunyi esbagai berikut: ummul mukminin telah
berkata, Rasulullah saw. Mengingat Tuhan dari segala keadaan. Wahai murid
mengertilah engkau ucapan nabi, dan syahadat itu ada dua macam: al-syahadat al
mukhtassah dan 2. As syahadat Al Mutlaqa. Yang pertama yaitu kalimat
Asyhadadh alla ilaha illallah wa asyhadu
anna muhammada rasulullah. Yang kedua adlah kalimat asyhadu an laa illaha
illallah wahdahu la syarikalahu wa asyahadu anna muhammadan warusuluh. Selain Allah
itu disebut alam, juga di sebut isim al wujud
dan isim al adam. Di sebut Ma’dum karena tidak ada wujudnya meskipun
kita melihat wujud, tetapi ia tidak berdiri sendiri (Yusuf dalam tudjimah
1997n:23).
Dalam tulisan ini syekh yusuf
menekankan pentingnya pengakuan akan kebenaran Tauhid yaitu ontologi dan
epistomologi tentag Tuhan, alam semesta, manusia dan pengetahuan yang di
anggapp benar dalam islam. Dalam tulisan di atas, jelas bahwa syekh yusuf merujuk pada pentingnya pengetahuan yang
benar tentang Tuhan dan nabi serta ajaran islam yaitu syahadat atau penyaksian
bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Dan Nabi Muhammad itu utusan Allahyang
mengajarkan hakekat kebenaran diri.
Selanjutnya orang yang
berdzikir itu dengan kalimat la ilaha
illallah ada empat macam:
1.
Yang mengucapkan kalimat
tersebut dengan lisan dan hati tetapi tidak percaya disebut munafik.
2.
Mengucapkan dengan lisan dan hati dengan artinya di sebut mukmin
umum
3.
Diucapkan dan sampai pada rasa dan akibatnya disebut orang khusus
4.
Siapa yang mengucapkan dan ia fana dari segal sesuatu selain Allah
dan hanya melihat Allah disebut khas al khas(y:23).
Sedangkan waktu dzikir ada tiga mukhashafa:
1.
Mukhashafa hati dari dzikir :la ilaha illallah
2.
Mukhashafa ruh dari dzikr:Alla Allah
3.
Mukhashafa sir dri dzikir::Hu,
Hu
Khsiat dzikir pertama
condongnya ruh kepada hak Taala. Khsiat dzikir pertama condongnya hati kepada
hak Taala. Khsiat dzikir pertama condongnya sirr kepada hak Taala. Ya Tuhan
kami terngilah hati kami dengan dzikir la illaha illallah dan muliakanlah ruh
kami dengan dzikir pada Allah, dan bukakanlah kami rhasianya dengan dzikir hu,
Hu(y:23).
Dalam tulisn di atas, syekh yusuf ingin menekankan pentingnya ke
ikhlasan dalam melaksankan dzikir kepada llah serta membagi orang islam yang
berdzikir itu dengan sebutan-sebutan yang sesuai dengan tingkat
pengetahuanmereka dalam menjalankan kebenaran
Beberapa ahli fana berkata: siapa yang tidak merasa tidak tahu
rahasia Tuhan yang di berikan kepada hambaNya di antara orang yang sempurna.
Dikatakan: membukan rahasia tuhan itu kafir,hal itu tidak di ketahui kecuali
Allah, man kana huwa nahnu huwa’’.
Erkata di antra mereka yang besar: siapa yang berdiri pada tempat
(sembhyangnya), puasanya dan merasakan makananya dan mengeti perkataannya, maka
ke tahuilah ia’’ (y:1997:23-24)
Dalam karnya yang lain, bidayat al mubtadi Syekh yusuf menerangkan
tentang pentingnya pemahaman yang benar tentang syar’at yaitu pemahaman tentang
hakekat Tuhan dan kewajiban muslim mengetahuinya untuk selanjutnya mencapai
hekekat dan makrifat.SY menerangkan
Sesungguhnya tuhan itu “laisa ka
mislihi” Allah itu satu, tidak ada teman dalam dzatnya dan sifatNya af’alNya.
Tuhan berada dari semua yang dihayalkan dan dengan pikiran. Semua kepercayaan itu kembali kepada surah al-ikhlas.
Adaapun tawajjuh kepada Allah supaya menghadap dengan hti seluruhnya kepada
Allah dalam segala keadaan dan waktu. Tidak ada suatu pikiran kecuali Allah.
Allah maha melihat kepadanya dalam segala hal dan Tuhan mengajarkan hakekat
makrifah semuanya dan bagiannya. Tidak ada hijab antara Tuhan dan hambanya
karenaa mengucapkan la ilaha illallah dengan melupakan semua ciptaaNya pada
waktu zikir.(y:26-27).
Dalam karya lain tentag keutamaan
melakukan dzikir dalamproses menjalanni syariat Syekh yusuf mengatakan dalam
kitb al-amr fi fadilat al-Dzikir(hadia tentang kemuliaan dzikir). Mengatkan
Ketahuilah wahai tlib, yang ingin
kepada kebikan, yang mencari berkah. Seorng seorang hamba yang salik yang
dzikir harus mencari dzikir yang paling mulia, yitu dzikir la iilia illallah,
karena sabda nabi saw: “yang kuucapkan dan di uca[ppkan oleh nabi-nabi
sebelumku yang paling mulia ialah la ilaha illallah(y:99)
Sabda
nabi: jika Allah menginginksn hambanya baik, ia memberi ilham untuk dzikir
kepadanya dengan firmanNya: ingatlah kepada Allah banyak-banyak(y:1997:99-100).
Paragraf di atas pada hakekatnya hanya menerangkan
tehnik-tehnik yng di lakukan oleh salik atau orang-orang yang menuju Allah.
Orang-orng yangg berusaha menanamkan kesadaran penuh akan kebenaran Tuhan dalam
hatinya dan berusaha untuk mencapai pengathuan tentang hakekat hubungan tuhan
dengan manusia. Adalah menarik bahwa pengulangan pembahasan menjadi ciri utama
dalam tulisan Syekh Yusuf. Pengulangan ini, baik secara kajian konsep-konsep
ontologis dan epistomologs tentang Tuhan, alam semesta maupun manusia atau
juga atau tentang tehnik-tehik bagaimana
seorang hamba mendapat kedekatan Tuhan sebagaimana terdapat dalam tulisan Syekh
Yusuf tentang dzikir, dzikir bagi syekh yusuf merupakan gerbang utama ontologi
dan epistomologi tentang hubungan tuhan dan seorang muslim, karrena dalam
dzikir yang di kemukakan Syekh Yusuf termasuk juga bagian penting dari tauhin
laa ilaha illallah.
Berdzikir memiliki etika-etika
tertentu baik sebelum, ketika ataupun sesudah pelaksanaannya yaitu etika-etika
yang bersifat lahiriah dan batiniah.adapun etikanya sebelum melaksanakan
dzikir,sebaiknya sang salik atau peniti jalan menuju Tuhan terlebih dahulu.
Bertakwalah kepada Alllah, taatilah
Dia, milikilah kesucian hati, kendalian diri, kebiasaan memberikan hal-hal yang
bermanfaat, jauhkanlah penderitaan dan kemiskinan, jagalahkesucian ruhani,
bergaullah dengan sesamamu , nasehatilah kaum muda dengan kebaikan, jauhilah
permusuhhan dengan sahabat dan bertolong-tolonglah
dalam agama dan dunia. Hakekat kefakiran adalah ketika engkau ntidak
membutuhkan mahluk ciptaan Tuhan yang lainnya kecuali Tuhan itu sendiri. Karena
sipa pun yang memilih jaan tasawuf haruslah mengetahui bahwa tasawuf tidaklah
da ambil dari desas-desus kata, melainkan dengan kelaparan dan penentangan pada
nafsu yang buruk serta penentangan pada hal-hal yang baik dan di sukai dari
kenikmatan dunia ini sebagai sarana pelatihan. Kefakiran itu fdi mulai dengan
ilmu pengetahuan sementara tasawuf di mulai dari kelembutan jiwa. Jika ilmu dpat
menganggap buas kefakiran, maka kelembutan akan membuat kefakiran itu menjadi
jinak. Oleh karena itu jalan tasawuf ditempuh dengan delapan cara. Adapun
cara-cara tersebut adalahh sebagai berikut:
1.Kemurahan nabi Ibrahim
2. Ridha nabi Ishaq
3. Kesabaran nabi Ayyub
4. Isyarat nabi Zakariyah
5.Kesepian nabi Yahya
6. Busana bulu domba nabi Musa
7.Langlang buana nabi Isa
8. Kefakiran nabi Muhammad SAW
(jailani,2006:252-253)
Keseluruhan cara ini mengacu kepada empat
tahapan yang telah disebutkan di atas. Adapun hubungannya dengan pentingnya
etika dalam melaksanakan syar’iat agar mencapai hakekat adalah bergaul dengan
orang-orang yang kaya dengan cara
memulaikan mereka, dan bewrgaull dengan orang-orang fakir dengan cara berendah hati dan ikhlas. Dalam
hal-hal sebab akibat jnganlah mmengatakan dengan Allah. Bersikaplah menerima
dalam setiap dalam setiap kondisii dan
janganlah membuang rasa cinta yang merupakan hak saudaramu sebagai pilar utama
hubungan ddengan saudaramu (jailani, 2006:245).
Dzikir memiliki adab-adab tertentu
baik sebelum atau sesudah atau ketika pelaksanaannya yaitu etika bersifat
lahiriyah dan bhatiniah. Adapun etikanya adalah, sebaiknya sebelum melaksnakan
dzikir , sang salik telebih dahulu bertaubat dan memperbaiki jiwanya denkgan
latihan-latihan rohani, melembutkan hati, dengan menjuhkan dan merenggangkan
dengan segala sesuatu yang terkait
dengan makhluk. Berusaha memutuskan segala penghalang, memahami ilmu-ilmu agama
yang bersifat wajib, serta memiliki dzikir yang sesuai keadaannya. Setelah itu
barulah ia memulai dzikir dengan tekun dan terus mmenerius(Iskandari 2006:62)
Diantara wtikanya adalah, hendaklah
memakai pakaian yang halal, suci dan wangi. Kesucian batin dapat terwujud
dengan makan makanan yang bersal dari hasil yang halall. Dzikir pada hakekatnya
dapat melenyapkan dosa dari bagian-bagian tubuh yang mungkin tumbuh dari
makanan yang haram. Jika batinnya sudah kosong dari sesuatu
yang haram atau yang syubhat , maka dzikir tersebut akan berfungsi untuk
menerangi kalbu atau hatinya (iskandari 2006:63).
Selanjutnya
adalah niat yang ikhlas hanya untuk Allah. Ketika seorang salik membaca la
ilaha illillah, kalbunya hauslah bersih
dari sifat-sifat buruk dan hanya tertuju untuk mendapatkan ridha dari Allah.
Jika masih terdapat sifat-sifat buruk dalam hatinya, maka ia harus segera
berusaha untuk melenyapkan sifat-sifat buruk ttersebut. Jikaketika berdzikir
kalbunya atau hatinya masih menoleh selain kepada Allah. Maka berarti ia telahg
memposisikan sesuat selain Allah sebagai Tuhan bagi diirinya dan ini merupakan
etika yang buruk(Iskandari, 2006:62-68).
Berdzikir
dengan membaca al asma al husna atau nama-nama Allah yang Agung, merupakan obat
bagi beberapa penyakit kalbu sekaligus sarana bagi para salik untuk mendekatkan
diri kepada Allah, Zat Yang Maha mengetahui seluruh yang ghaib. Tentu sja obat
itu akn bermanfaat untuk di gunakan ketika penyakit tersebut memang ada
(iskandari: 2006:77). Oleh karena itu semangat yang dapat di angkat dari
pembahasan etika syekh Yusuf melalui dzikr adalah bahwa etika setidaknya
meliputi tiga aspek :
1. Etika dalam kaitannya dengan pencarian kebahagiaan
2.
Etika dalam kaitannya dengan rasionalitas dan ilmu
3.
Etika sebagai pengobatan rohani
Lebih lanjut dalam pelaksanaan syariat untuk mencapai makrifat,
adalah dengan bersahabat dengan orang-orang fakir melalui sikaf tawadhu, akhlak
yang baik atau etika yang baik serta sikap dermawan. Selanjutnya adalah
mematikan hawa nafsu sehingga hawa nafsu itu hidup kembali tapi telah dapat di
kendalikan. Karena sesungguhnya makhluk yang paling dekat dengan Allah adalah
yang paling baik akhlaknya. Sebaik- baik perbuatan adalah menjaga hati agar
tidak berpaling kepada selain Allah (Jailani 2006:254)
2.
Tarekat
Tarekat
mengacu pada praktek atau prilakulaku sufisme.
Secara literal tarekat berarti jalan menuju jalan grun pasir di mana seorang
baduimenempuhnya untuk pergi dari suat Oase Oase yang lain. Jalan ini tidak
selalu terang sepewrti jalan raya, jalan ini bukanlah jalan yang biasa dilihat
dengan kasat mata. Untukmdenemukan jalan di gurun seseorang perlu mengetahui
dengan jelas atau perlu dengan panduanseseoarang yang mengetahui tujuan dan
akrab dengan hal-hal yang adda di lokasi, syar’iat hanya mengacu pada aspek
lahiriah sedangkan tarekat mengacu pada bati laku sufisme. Pemandu yang di buthkan adalah seorang Syekh atau guru
sufi yang dapat menunjukkan seseorang untuk mencapai Tuhan.
Syari’at membuat kehidupan sehari-hari menjadi bersih dan menarik
hakekat di rancang untuk membentuk batin menjadi bersih dan murni.
Masing-masing syari’at dan hakeat saling melengkapi dan mendukung (fadiman and
franger2007xlii0). Jadi yang di maksud dengan tarekat adlah cara. Tarekat
sebagai suatu institusi atau organisasi muncul mulai abad ke 9. Pada
masa-masaawal tasawuf, kaum sufi terkenal melakukan hidup zuhud dan berkumpul
dalam suatu iikatan persaudaraan yang tidak terorganisasi tetapi mereka rutin mengadakan
pertemuan dalam suatu tempat yang biasa
di sebut ribat. Kemunjulan tarekat pada
hakekatnya merupkan suatu ijtihad agar konsep kebersamaan dalam menuju Tuhan
lebih terarah dan lebih terorganisasi dengan baik. Oleh karena itu lah Syekh
Tasawuf yang berafiliasi pada tarekat mengharuskan seorang yang sedang menuju
Allah untuk mengikuti jalan tarekat dan memiliki Syekh atau mursyid.
Dalam hal pentingnya seorang yang mengikuti jalan tarekat menuju
Allah, Syekh Yusuf menerangkan dalam karyanya al-nafat a sailaniyya (hembusan
di ceylon) sebagai berikut:
...Waji ataskamu,jika kamu seorang salik yang benar dan mukhlis
dalam perjalananmu kepada Allah, untuk mencari Syekh yang saleh dan arif yang
menunjukkan kekuranganmu dan memberi tahu obatnya, meskipun engkau harus
ketempat-tempat yng jauh dan meninggalkan keluarga dan negara. Sesungguhnya
orang-orang sesudah nabi tidak terpelihara dari maksiat dan dosa. Ini bukan
syaratnya Syekh atau orang arif. Sabda nabi saw: siapa yang terpelihara dari
dosa sesudah aku maka ia bukan umatku, ketahuilah itu (Yusuf dalam tudjima
1997:41-42, naskah arab bundel A. 101)
Sehubungan dengan hal di
atas, syekh yusuf, menekankankan pentingnya seorang yang mencari jalan
menuju Allah untuk memiliki guru atau mursid yang membimbingnya agar tidak
tersesat dari jalan kebenaran. Dengan demikian perlu bagi seorang hamba untuk mengikuti jalan tarekat yang
mendapat bimbingan dari seorang mursid
atau Syekh yang mengetahui kebenaran. Keterangan yang lain misalnya
...dalam bertarikat kamu harus juga mempersatukan syariat dan
hakekat, karena sabda Nabi: Aku di utus
membawa syariat dan hakikat. Nabi-nabi
tidak di utus untuk membawa syariat saja. Sabda nabi pula: Syariat itu
kata-kataku, Trekat itu halku dan hakikat itu hatiku. Seperti di katakan bahwa
syekh al iman abu yasid al bustami mengatakan: tiap-tiap syariat tanpa hakekat
itu batil dan semua hakekat tanpa
syareat itu kurang sempurna ( yusuf 97:42).
Siapa berilmu tapi tidak
bertasawuf itu fasik, siapa yang bertasawuf tidak berfiqih itu zindiq. Siapa
yang berfiqih dan bertasawuf ia berhakikat. Diantara mereka ada yang n\berkata;
seorang salk pada lahirnya memegang
teguh syariat danbatinnya terikat pada hakekat. Dikatakan bahwa jalan dan suluk
yang terpuji itu ada yang lahir dan ada yang batin, lahirnya disebut syariat,
batinnya disebut hakikat (y 97:43).
Dalam hal ini syekh yusuf menekankan pentingnya pengetahuan yang
benar yang bersumber dari syariat, yaitu ajaran-ajaran islam. Dari pemahaman
yang benar tentang syariat inilah maka seseorang akan mencapai hakekat kebenaran. Seseorang akn
mengetahui dan memahami ontologi hubungan Tuhan dengan hamba beerdasarkan
epistomologi yang benar yaitu syariat.
Selanjutnya , ketika menerangkan banyaknya jalan (tarekat) dalam
menuju pada Allah Syekh yusuf berkata,
jalan kepada Allah itu banyak, sama banyaknya dengan jiwa makhluk. Adapun jalan
yang paling dekat ada tiga bagian :
1.
Jalan al akhyar, yaitu dengan memperbanyak sembahyang, puasa,
membaca al-qur’an, hadits, jihad dan lain-lain dari amal lahiriah. Salik yang
sampai pada Allah dengan jalan ini sedikitb dari yang sedikit, ketahuilah itu.
2.
Jalan ashab al mujahadat al shaqa dengan latihan berat untuk
menggati akhlak yang buruk, membersihkanjiwa dan mensucikan hati. Yang sampai
pada jalan ini lebih banyak dari yang pertama. Yang pertama dilihat hanya amal
lahir tanpa amal yang batin. Yang kedua lebih memperhatikan batin daripada
lahirnya.
3.
Jalan ahli dzikir, yang cinta kepada Allah lahir dan batin. Yang
sampai ahli bidaya, lebih banyak ahli nihaya. Mereka ini memperhatikan amall
lahir dan batin semuanya (Y:97:58-59).
Adapun pokok-pokok dari jalan ini, mennurut syekh yusuf terdiridari
sepuluh macam sebagai berikut:
1.
Tobat kepada Allah dari segala dosa lahir dan batin
2.
Zuhud di dunia
3.
Tawakkal kepada Allah
4.
Puas dengan apa yang di berikan Allah kepadanya
5.
Menjauhkan diri dari makhluk
dengan tidak condong hatinya
6.
Benar-benar tawajjuh pada
Allah
7.
Sabar menghadapi malapetaka
8.
Rela pada qadha dan qadar, dan menyerahkan semua perkara kepadaNya
9.
Terus-menerus dzikir lahir dan batin kepada Allah dan tidak alpa
10.
Benar-benar dekat kepada Allah seperti bunyi hadis: Sembahlah Allah
seperti engkau melihat dia . jika engkau tidak melihat Dia sesungguhnya Dia
melihat engkauu. Ketauhilah itu semua (y:97:43).
Selanjutnya dalam karya lain , Sirr al-Asrar(rahasia dari segala
rahasia) syekh yusuf menjelaskan tewntang hal ini juga dengan mengatakan :
Seseorang salik itu harus mengetahui, bahwa Allah itu bersama ia
dimanapun ia berada karena Dia berfirman : Wahuwa ma’akum ainama kuntum (Dan
Dia bersamamu dimanapun kau berada) Sabda Nabi: iman yang terbaik baik seorang
hamba yaitu, supaya ia mengetahui bahwa Allah bersama dia, di mana ia berada.
Berkata syekh yusuf, bagaimana Tuhan dapat bersama kita, bagaimana gambaran maiyyah itu sedang Allah itu laisa
kamitslihi syai’(y 97:68).
...wajib seorang salik un tuk mengetahui bahwa apa ia dengar dari
mcam-macam suara itu suara tasbih kepada Allah
karena tiap-tiap barang bertasbih kepada Allah (y97:68 bundel 101)
pandangan –pandangan syekh yusuf
di atas adalah rincian tentang teknik-teknik seorang hamba dalam
menjalankan laku tarekat yaitu teknik-teknik yang berkenaan dengan pembersihan
diri maupun lahir maupun batin sebelum meencapai hakekat kebenaran. Dengan
demikian , dakam pandangan syekh yusuf , pelaksanaan syari’at secara lahir atau
biasa disebut hukum fikih harus pulah selaras dengan pembersihan hati dari
keburukan-keburukan yang biasa disebut
fiqih batin atau tasawuf. Denganmelaksakan lahir dan batin secara konsisten dan
terus menerus, diharapkan bahwa seorang hamba yang berusaha mencapai hakekat
kebenaran Tuhan,akan mencapai tingkat makrifat atau pengetahuan yang hakiki
tentang Tuhan dan hubungan dengan keberadaan dirinya di dunia serta tugas dan
tujuan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Secara falsafati kta
dapat mengatakan bahwa syekh yusuf dalam karyanya tersebut mmembahas tentang
ontologi dan epistomologi Tuhan, alam
dan manusia. Dalam hal-hal yang perlu di perhatikan oleh seorang salik yang sedang menempuh jalan tarekat untuk
sampai kkepada Tuha, syekh yusuf dalam
tuhfat al-abrar li ahli al ashrar(hadiah oorang-orang taat kepada Ahli Asrar) mengatakan:
...ia harus baik etika atau akhlaknya terhadap semua makhluk karena
nabi bersabda: Aku di utus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Tasawuf itu akhlak yang baik. Diantara mereka, ada yang berkata tasawuf yang
pertama itu bertujuan satu yaitu menuju Allah dan tasawufselanjutnya adalah
berakhlak dengan akhlak Allah. Sabda Nabi saw.:Allah mempunyai akhlak yang
banyak. Siapa yang berakhlak dengan satuu diantaranya akan masuk surga. Ia juga
harus memiliki sangkaan baik terhadap
Allah dan semua manusia karena firman Allah : Allah tidak memberikan maaf
terhadap orang yang memberi teman kepadaNya(menyekutukaNNya) dan memaafkan
selain dari itu, siapa yang dikehendaki(y:97:101)
Pandangan syekh yusuf di katakan di atas , menerangkan tentang
pentingnya etika dalam tindakan untuk mencapai kebenaran. Etika-etika ini amat
ditekankan oleh syekh yusuf sebagai bagian dari syarat untuk kesuksesan menuju
kebenaran yang hakiki. Dalam kaitan ini, keinginan untuk menambah pengetahuan
dan memiliki etika yang baik pada kaum intelektual atau yang dalam islam lebih
dikenal dengan sebutan ulama menjadi amat penting untuk dimilik seorang muslim.
Tarekat adalah tahap dimana seseorang menemukan apa yang menjadi inti persoalan
apa ya yang benar-benar salah dan apa yang benar betul. Bagaimana kebohongan di
sembunyikan dibalik apa yang orang-orang katakan dan benar dan kebenaran
disembunyikan dibalik apa yang orang katakan salah (khan 2001:63)
Dalam kaitannya dengan
masalah ini, pikiran adalah suatu hal
dan gagasan adalah hal lain. Akan tetapi pada saat yang sama pemikiran
adlah gagasan. Pikiran telah menciptakan gagasan dan bahkan gagasan bukanlah
hal yang lain. Gagasan bahan dari yang lainpikiran itu sendiri, namun, pikiran
sebagai pemberitahuan suatu gagasan artau pencipta gagasan tidak muncul ,
pikiran berada disana, maka disitulah terletak kesadaran akan adanya Tuhan yang
menggerakkan pikiran. Dialah menciptakan segala gerak, sebagaimana Dia
menciptakan pikiran dan gagasan, Dia
pula yang suatu waktu menghilangkangagasan tersebut dan memunculkannya. Dari
tahapan latihan dalam tarekat ini, seseorang akan melatih diri untuk benar-benar
memami kehendak Tuhan dalam kehidupan sehar-hari melalui kontmplasi, dzikir dan
latihan-latihan untuk menjernihkan jiwa dan pikiran yang terwujud dalam perbuatan sehari-hari.
Adapun dalam tahapan tarekat ini, beberapa cara yang dianjurkan
oleh guru-guru sufi adalah misalnya, saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran. Cukuplah bagi seseorang untuk
melakukan dua hal saja di dunia ini yaitu bersahabat dengan orang fakir adalah
dan melayani wali Allah. Adapun orng fakir adalah dia yang tidak membutuhkan
selainn Allah. Ketergantungan seorang hamba pada orang yang berada di atasnya
adalah kesombongan dan ketergantungannya lepada yang setara adalah akhlak yang
buruk. Oleh karena itulah kefakiran dan tasawuf itu berat maka janganlah
mencampuradukkan keduanya meskipun sedikit (jailani 2006;225).
Hal selanjutnya yang harus dilakukan senantiasa berdzikir kepada
Allah sebab dzikir itu membawa kebaikan. Berpegang teguh kepada tali Allah
adalah juga merupakan hal yang sangat utama dan penting ,sebab hal itu akan
menjauhkan segala kemudratan dan
bersiap-siap menghadapi takdir yang akan di tentukan Allah , karena takdir
pasti akan terjadi. Dengan bekal ke
ikhlasan menerima takdir Allah, maka keadaan ini akan memberi mamfaat bagi
hamba sendiri (jailani 2006:265)
Hal penting yang patut di camkan oleh siapapun yang menempuh jalan
tasawuf ini melalui tahapan syariat lalu
tarekat adalah bahwa sang pencipta akan
menanyakan segal gerak dan tindakan yang dilakukan seseorang . oleh karena
itulah penting baginya untuk menyelamatkan anggota tubuhnya dari hal-hal yang
tidak berguna dan akan merugikan dirinya sendiri. Dengan menyadari hal ini,
maka seseorang akan merasa bahwa ketaatan kepada Allah dan rasulnya adalah
sesuatu hal yang mutlak. Selain dari hal-hal tersebut hal lain yang tidak kalah
penting adalah memiikirkan nasib umat islam dan tidak berbiuruk sangka kepada
mereka serta berbuat baik dalam perkataan, pikiran dan tindakan. Apabila
hal-hal yang di paparkan di ats misalnya belum di mmengerti dengan baik oleh
seseorang, hendaklah ia bertanya kepada ahli makrifatjailani 2006:256-257).
Berkenaan dengan etika untuk melakukan tareakat ini, ada
etika-etika yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh seseorang yang menempuh
jalan tasawuf dalam tahapan tarekat. Diantaranya adlalah, hendaknya seorang
murid memuliakan gurunya mengagungkan secara lahir maupun batin. Di samping itu
sang murid harus meyakini bahwa ia tidak akan mencapai apa yang menjadi
tujuannya kecuali di bawah bimbingannya.
Kedua adalah patuh, tunduk dan rela terhadap berbagi perlakuan sang guru dan
memuliakan serta membantu sang guru dengan harta dan badan karewena esensi
keinginan dan kecintaan itu tidak akan tampak kecuali dalam tindakan-tindakan.
Ketiga adalah tidak menentang apa yang di lakukan seorang guru. Keempat tujuannya hanyalah mendekatkan diri pada Allah. Kelima menarik segala keinginannya dan
memprioritaskan segala keinginan dan kebutuhan gurunya, keenamtidak mengintai
dan memata-matai segala aktifitas gurunya, kedelapan melihat berkah dari segala
perbuatan gurunya dan jesembilanmenunggu jawaban dari gurunya dan mendesaknya
untuk segera memberikanjawaban bila bertanya, kesepuluh adalah tidak menyebar
luaskan kelemahan dan kejelekan gurunya walaupun hal itu telah tersebar,
kesebelas tidak menikahi perempuan yang di sukai gurunya dan kedua belas tidak
mengeluarkan pendapat kecuali bila diminta oleh gurunya bahkan selayaknya
menyerahkan jawaban terhadap gurunya.
Selain itu juga layak untuk memperhatikan segala hall dan kebutuhan gurunya dan
kerabatnya, menghormati pemberian gurunya dan tidak bersahabat orang yang di
benci gurunya (kurdi,2003:283-289) sehubungan dengan hal ini secara rringkas
dapat di katakan bahwa seseorang haruslah memperhatikan etika atau moral yang
baik ketika menitijalan rohani seperti menjaga hak-hak orang lain,
bertolong-tolongan serta melakukan hal-hal terpuji lainnya dan menjauhkan
hal-hal yang tercelah (kurdi,2003:299-307).
4. 3
Hakekat
BERSAMBUNG......
0 komentar:
Post a Comment